'BHINNEKA TUNGGAL IKA" HANYALAH SLOGAN OMONG KOSONG

Bhinneka Tunggal Ika: Lebih dari Sekadar Slogan

Bhinneka Tunggal Ika, motto nasional Indonesia, seringkali dianggap hanya sebagai slogan kosong. Namun, realitas di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Masih terdapat bentrok antar warga, penggusuran rumah ibadah, dan persepsi bahwa menjadi atheis adalah dosa. Bahkan, konflik antarsuku pun masih terjadi di berbagai daerah.

Misalnya, pada tahun 2016, terjadi bentrok antara warga di Tanjung Balai, Sumatera Utara, yang dipicu oleh perbedaan agama. Bentrokan ini menyebabkan kerusakan yang signifikan pada properti warga dan menunjukkan ketegangan yang masih ada antara komunitas yang berbeda keyakinan.

Di sisi lain, penggusuran rumah ibadah minoritas seperti gereja dan vihara masih sering terjadi di beberapa daerah, meskipun dilindungi oleh undang-undang. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan terhadap kebebasan beragama masih belum optimal di Indonesia.

Tidak hanya itu, persepsi negatif terhadap orang-orang atheis pun masih tersebar luas di masyarakat. Secara sosial, menjadi atheis masih dianggap tabu, bahkan dianggap sebagai dosa oleh sebagian penganut agama mayoritas di Indonesia.

Bhinneka Tunggal Ika, atau "Berbeda-beda tapi tetap satu", seharusnya mencerminkan keberagaman Indonesia yang seharusnya menjadi kekuatan, bukan sebaliknya. Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang realitas di lapangan yang tidak sejalan dengan prinsip ini, serta mengusulkan langkah-langkah untuk merangkul keberagaman dengan lebih baik.










Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "'BHINNEKA TUNGGAL IKA" HANYALAH SLOGAN OMONG KOSONG"

Posting Komentar